Jati Diri Mahasiswa Ideal
by NURMAN

Mahasiswa merupakan fase yang seharusnya bisa menjadi batu loncatan dari siswa SMA yang masih berpikir sempit mengenai tujuan hidup yang sebenarnya, menjadi seorang figur pengubah dunia yang sesungguhnya. Figur seorang profesional muda yang bermanfaat bagi masyarakat. Figur pemimpin yang bisa menggiring kebaikan bagi bangsa. Oleh karena itu, sungguh wajib hukumnya, kita menggunakan masa muda untuk melakukan loncatan itu.
Tidak akan ada proklamator dan orator handal, pak Soekarno, jika saat muda beliau mengucilkan diri dan hanya membaca buku di kamar. Tidak akan ada sosok Bill Gates, jika saat muda dulu dia tidak merasa percaya diri dan tidak melakukan riset komputer. Tidak akan ada figur Ciputra, jika saat muda dulu ia bermalas – malasan dan tidak mau memulai berwirausaha. Sungguh orang – orang berpengaruh dunia melakukan usaha untuk menjadikan diri mereka pantas saat mereka masih muda.
Untuk itu, seyogyanyalah kita sedikit merenungkan diri, apakah kita sudah melakukan usaha “melompat” itu. Apakah aktifitas yang selama ini kita lakukan hanya bermain Game, membuka Facebook, mengurung diri di kamar, ber-hedon ria di mall, sibuk mengurusi urusan pacaran, atau melakukan hiburan – hiburan kurang penting lainnya. Bagaimana kegiatan sehari – hari kita, kuliah – pulang, kuliah – pulang? Atau kuliah – nongkrong, kuliah – nongkrong? Sudahkah kita merasa pantas menyebut diri kita mahasiswa? Sudahkah kita merasa pantas untuk menikmati uang rakyat yang kita gunakan untuk bisa menyandang status mahasiswa? Mari kita sejenak memikirkan itu semua.
Pada artikel kali ini, saya ingin berbagi ide dan pikiran mengenai kriteria mahasiswa ideal. Saya tumpahkan pemikiran saya di sini, tanpa harus saya tutup – tutupi, tanpa ada kepentingan pribadi atau golongan tertentu. Harapan saya, hal ini bisa menjadi tolok ukur, mahasiswa tipe apakah kita. Apa yang kurang dalam pengembangan diri kita, aspek lain apa yang harus kita kembangkan, dan apa yang selanjutnya kita kembangkan. Berikut penjelasan rincinya :
Aktifis Pergerakan
Perbedaan
hidup dan mati adalah dalam hal bergerak. Jika kita tidak bergerak, maka
kita mati. Saat kita dalam keadaan tidur pun, kita masih melakukan
gerakan. Dengan kita bergerak, kita mampu mengubah keadaan sekitar kita.
Dengan kita bergerak, setidaknya kita sudah membuat aliran udara di
sekitar kita, menjadikannya bergerak atau mengalir menyesuaikan gerakan
kita.
Selayaknya
memiliki peran dan fungsinya, mahasiswa seharusnya mengubah keadaan
sekitarnya. Seharusnyalah mahasiswa tidak lagi berorientasi pada
“kebagusan” dirinya sendiri. Mahasiswa memiliki tanggung jawab moral
untuk menjadikan keadaan sekitarnya menjadi lebih baik.
Dengan apa
mahasiswa mampu melakukan gerakan pengubahan itu ? Organisasi Mahasiswa
salah satunya. Dengan aktif dalam kegiatan organisasi mahasiswa,
mahasiswa akan bisa menjadikan dirinya berperan dalam peubah keadaan.
Terlibat aktif dalam kepanitiaan mampu menjadikannya berguna untuk
mengubah sesuatu menjadi lebih baik. Menjadi seorang koordinator atau
pemimpin, membuatnya sebagai pengerah masa untuk bergerak bersama – sama
membuat sesuatu menjadi lebih baik.
Aktifis pergerakan
juga bisa diartikan mahasiswa yang peduli terhadap kondisi kekinian
bangsa, baik dalam aspek politik dan pemerintahan, maupun aspek
pengabdian ke masyarakat. Aktif mengikuti kajian strategis dan
pengabdian masyarakat merupakan salah satu upaya pencapaian hall ini.
Ingatlah,
bahwa jika saja para pemuda tidak bergerak cepat untuk mengasingkan
Soekarno ke Rengasdengklok, Indonesia mungkin tidak akan merdeka sampai
sekarang. Jika pemuda tidak bergerak dan berjuang keras menurunkan
kepemerintahan Soeharto, rakyat Indonesia mungkin akan memiliki nasib
yang sama dengan rakyat Libya pada masa konflik sekarang.
Aktifis Penyebar Kebaikan
Menyebarkan Kebaikan atau Berdakwah merupakan
kewajiban tiap umat. Sampaikanlah sebuah kebaikan, walaupun hanya satu
ayat. Menjadi mentor atau aktif di kajian kerohanian salah satu bentuk
pencapaiannya.
Kebaikan yang dimaksud tidak terlalu sempit pada
penyampaian ayat kitab suci secara implisit saja. Kebaikan bisa
diartikan sangat luas. Ilmu pengetahuan yang bermanfaat, salah satunya.
Mahasiswa diharapkan bisa berbagi ilmu yang
dimilikinya kepada orang lain. Dengan menjadi asisten dosen, asisten
lab, atau asisten praktikum, mahasiswa mampu memberikan sedikit
kelebihan ilmunya kepada orang lain.
Penjunjung Tinggi Rasa Kekeluargaan
Mahasiswa merupakan makhluk sosial yang tidak akan bisa bertahan tanpa melakukan interaksi (membantu dan dibantu) oleh orang lain. Oleh dukungan teman – teman terdekat pula, mahasiswa mampu lebih mempercepat perkembangan dirinya.
Sejak mahasiswa baru kita dikenalkan dengan konsep
angkatan. Kita diajarkan agar tidak mementingkan diri sendiri dan peduli
dengan teman satu angkatan kita. Hal ini diharapkan menjadi media
pembelajaran awal bagi mahasiswa mengenai perlunya jiwa kekeluargaan di
antara mahasiswa.
Banyak sekali organisasi mahasiswa yang
mencantumkan asas kekeluargaan di AD/ART-nya. Dengan asas itu lah,
mahasiswa bisa menjadi sangat loyal, mahasiswa bisa berkontribusi
maksimal meskipun tidak dibayar dengan materi, mahasiswa memiliki rasa
memiliki yang tinggi terhadap organisasinya.
Mahasiswa Berprestasi
Sungguh harapan orang tua yang utama terhadap putra – putrinya saat menjadi mahasiswa adalah belajar. Kita tidak boleh melalaikan tanggung jawab utama itu. Meski memiliki peran dan fungsi sosial, mahasiswa diharapkan sudah memenuhi tanggung jawab utamanya sebagai seorang pelajar. Sederhananya, hal ini dibuktikan dengan angka IPK mahasiswa.
Tidak hanya itu, mahasiswa berprestasi sebaiknya
bisa membuktikan kompetensinya secara langsung. Mulai dari aktif di
kegiatan keilmiahan sampai menjadi juara lomba keilmiahan bisa menjadi
media untuk membuktikan itu.
Memiliki Kondisi Fisik yang Mendukung
Pemuda, sekitar umur 18 – 24, merupakan fase dalam kehidupan manusia yang paling produktif. Sungguh naas jika mahasiswa sudah hampir mencapai keempat kriteria sebelumnya, akan tetapi kondisi fisik dan semangatnya tidak mendukung. Semuanya akan menjadi sia – sia.
Untuk itu, mahasiswa harus mawas diri terhadap
kesehatannya. Meski sesibuk apapun, mahasiswa harus menjaga diri agar
kondisi fisiknya tidak drop sehingga bisa menghambat aktifitas
pengembangan dirinya.
Aktif di kegiatan minat-bakat keolahragaan, baik
itu voli, bulu tangkis, fitnes, renang, futsal, dsb., merupakan cara
untuk menjadikan fisik kita lebih tahan. Berdasarkan beberapa riset,
selain untuk keperluan kesehatan, olah raga juga bisa meningkatkan
kecerdasan kognitif kita dan memperbaiki kondisi mood kita. Dengan demikian, mahasiswa bisa melakukan akselerasi dalam rangka pengembangan dan pengabdian diri nya.
Sungguh merupakan keinginan dari sebagian besar
mahasiswa untuk menjadikan dirinya sempurna. Semoga artikel ini bisa
menjadi bahan pengingat kita, bahwasanya mahasiswa merupakan tahapan
pengembangan diri yang paling ideal di kehidupan manusia. Untuk itu,
kita wajib menggunakan masa – masa mahasiswa untuk mengembangkan dan
mengabdikan diri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar